DILLEMA
“ Luka yang merekah tak bisa kucegah, air mata ini terus
melaju dengan derasnya, semua ini bagai mimpi,
perpisahan ini, hubungan yang ku akhiri ini menyiratkan luka amat dalam “.
perpisahan ini, hubungan yang ku akhiri ini menyiratkan luka amat dalam “.
Lima bulan yang lalu wajah lelaki itu tersenyum manis
kepada tambatan hatinya. Dari raut wajahnya terlihat jelas sirat garis
kegembiraan, berharap cintanya itu kembali padanya. Serta harapan yang
digantungkan amat tinggi bahwa kekasihnya itu akan memperbaiki keretakan
hubungan mereka beberapa bulan terakhir ini yang diambang kehancuran.
“ Sudah lama menunggu”
tanya sang gadis manis berlesung pipit itu.
“Belum”. Lama dan
hening tak ada yang membuka pembicaraan lagi. Masing-masing hanyut dengan
pikiran mereka. Sang gadis yang lebih paham dengan keadaan ini memberanikan
diri untuk bicara ia tak ingin kehilangan kesempatan seperti minggu lalu
kemudian terluka hatinya. “ Sibuk apa sekarang. Kelihatannya repot sekali ?
ibarat kata tak ada waktu untuk bicara “ ujar sang gadis.
“Hehe “,Miris.
Pertanyaannya hanya dibalas dengan tawa kecut lelaki itu ingin rasanya menampar
laki-laki itu. Tapi gadis itu tak mau di kira terlalu kekanak-kanakkan ia
percaya mampu menyelesaikan dan menghadapi sikap laki-laki yang membuat terluka
ini dengan gentle.
“Malah ketawa,, oya
rencana ke AKABRI bagaimana ? ”.
“Insya allah bulan ini
berangkat “.
Thingtong...keadaan ini
makin menyulitkan keadaan si gadis manis. Ingin rasanya ia pergi jauh membuang
rasa yang ada di hatinnya, ingin rasanya ia putar waktu agar tak mengenal
laki-laki ini .
“ Apa yang ingin kamu
katakan ?”. tangan lelaki itu menggenggam erat jemari gadis berlesung pipit itu
dengan tatapan yang menyiratkan dua makna teduh dan perih.
“ kenapa buru-buru ke
permasalahan inti aku ingin mendengar cerita dari kamu ? “ ujar sang gadis.
“Kamu ingin cerita yang mana tentang apa?”
“hubungan kita ?”tegas
sang gadis.
“ Menurut kamu
bagaimana ?” pertanyan itu dilempar kembali pada gadis kekasihnya itu.
“aku kan tanya sama
kamu, jangan balik bertanya seperti itu ?” amarah sang gadis mulai meledak.
Dengan senyum renyah lelaki itu menjawab “ Sha, aku kan
pernah bilang semuanya ada di tangan kamu, keputusan, maupun hatiku. Sekarang
jawab bagaimana hubungan kita ini ?”.
Mata sang gadis menjadi hangat butir-butir air
mata tak mampu terbendung.
“Hey, hey jangan menangis
aku mohon jangan buat aku perih dan rapuh” bisik laki-laki itu
“ Apa kamu bilang ?aku,
aku jauh lebih rapuh selama ini kamu kemana, mengapa tak ada kabar, tak ada
berita, pesan singkatku kau acuhkan bahkan bila kau balas balasannya cukup
untuk menghancurkan hatiku. Mengapa tak kau hiraukan perasaanku? Kau tahu
hatiku hanya tertuju padamu namun sikapmu membunuh mati perasaan batinku”
kata-kata itu meluncur begitu saja padahal sha tak ingin menungkapkannya karena
kenyataan cukup menyakitkan.
“Lampiaskan
sha...,Lampiaskan semuanya padaku”
“ Tidak” jawab sang
gadis mulai tegar.
“Mengapa?”
“Aku tak ingin sakit
lagi cukup parah kesakitanku yang lalu “ kata-kata Sha dijawab lelaki itu
dengan kecupan mesra pada tangannya.
“Tolong jangan lakukan
ini padaku” sang gadis menarik tangannya yang di genggam lelaki itu.
“Dengar Sha apapun
keputusanmu aku siap menerimanya”. Sang gadis masih berusaha melepas genggaman
tangannya itu dan menyeka air matanya. Sedang lelaki itu diam ia membiarkan
gadis itu melakukan apa yang ingin ia lakukan. Sang gadis tersenyum.
“Ini..” sang gadis
menyodorkan sebuah cincin. Lelaki itu mengangguk menerima cincin yang dulu
diberikan kepada gadis yang amat disayanginya. Ia tak ingin banyak bicara, ia
ingin mendengar semua perkataan sang gadis lesung pipit itu.
“Aku memang sangat
menyayangimu, sekarang atau sampai kapanpun tapi aku tak sanggup bila harus
kembali padamu setelah apa yang kamu lakukan padaku”
“Sha ayo...” . Lamunan gadis itu terpecah tatkala
sahabatnya mengingatkannya.
“kenapa kamu ?Farhan
lagi ? sudahlah Sha itukan keputusanmu dan kamu sudah memilih untuk
mengakhirinya, buka lembaran baru, banyak lelaki diluar sana yang lebih baik
dan tentunya tidak menyakiti kamu dengan menggantungkan sebuah hubungan dalam
ketidakpastian” ujar Iren menguatkan sahabatnya itu.
“Aku bisa saja Ren
menjalin hubungan dengan orang lain yang menyayangiku dan tidak menyakitiku
seperti Farhan” jawab Sha
“Nah” belum sempat Iren
menuntaskan kata-katanya Sha sudah memotong percakapannya.
“Tapi..cintaku tetap
tertuju untuknya Ren, aku bisa saja menajalin dengan orang lain tapi tidak
dengan cintaku semua perasaanku tertinggal padanya namun tidak juga untuk
kembali karena hatiku sudah mati, bukannya aku egois bila menjalin dengan orang
lain tapi memang itu faktanya Ren “jawab sang gadis.
“Sama saja kamu
menyakiti orang lain yang komitmen dengan kamu, kamu egois Sha hanya untuk
Farhan kamu ndak mau membuka diri?”
“Hey Iren siapa bilang
aku tak mau membuka diri aku ingin mencintai diriku terlebih dahulu cinta butuh
logika dan aku akan membuktikan filosofiku itu padamu aku mau membuka diri Ren
“jawaban Sha itu membuat Iren tak kuasa untuk tak memeluk sahabat karibnya itu.
Pelukan hangat kedua sahabat itu berlangsung beberapa saat ketika ada seseorang
yang mengetuk pintu.
“Dengan Farsha
Dewantari?”
“Iya saya sendiri”.
“Ini ada kiriman
silakan tanda tangan” ujar laki-laki yang mengenakan seragam pos tersebut.
“Kiriman dari siapa
sha?tanya Iren heran.
“Mau tahu aja kamu
Ren”. Iren cemberut merasa sahabat karibnya itu menyembunyikan sesuatu darinya.
Farsha yang menyadari tingkah laku sahabatnya itu hanya tersenyum sambil
menjulurkan lidah. “Hem sekarang kamu gitu ya sama aku main rahasia-rahasiaan “
protes Iren pada Sha. “Dari pada kamu godain aku sambil ngambek dan cemberut
gak jelas gitu mending kamu bantu aku bukain ini”.
“Wah ini sich namanya
dari fans berat kamu Sha.” Ujar Iren sambil cengar-cengir.
“Ini dari mas bayu”
jawab Sha. “Apa? Bayu mantan kamu yang pertama itu ya, yang kamu bilang dia
sabar dan baik banget sama kamu bahkan setelah kamu putusian itu Sha?”.
“Aduh Ren kamu tanya
apa ngomel panjang banget bawel tahu!!”.protes Sha pada Iren.
“Kamu balikan aja Sha
sama dia, aku setuju banget jarang ada cowok kayak dia, balikan ya ya ya” Iren
terus menggoda Sha sampai pipi Sha menjadi merah.
“Ih kamu apaan sich?” .
“Tapi kok ndak ada suratnya ya Sha?” tanya Iren heran. “Hem iya padahal aku
nunggu yang itu hehe” Sha mulai menanggapi candaan Iren.
”Nah loh?? Eh Sha aku
mau mandi dulu mau kekampus ketemu dosen hari ini kamu liburkan?” tanya Iren
bertubi-tubi. Sha geleng-geleng bingung menjawab sahabat tersayangnya yang
super cerewet ini.
“ya udah mandi sana aku
nggak ada kelas hari ini”. Sha tersenyum melihat tingkah Iren yang suka usil,
tapi perhatian pada dirinya Iren sangat peduli pada Sha bahkan ketika Sha
dikucilkan saat diorganisasai karena isu kedekatan Sha dengan Farhan. Farsha
mulai membuka lembar demi lembar novel pemberian Bayu mantan pacar pertamanya.
Dua tahun silam ketika ia bertemu dengan Bayu bahwa
pertemuan singkat itu memberanikan Bayu untuk berkunjung kerumah Sha dan itu
membuat Sha salah tingkah. Waktu itu Bayu tak banyak bicara ia kerumah Sha
dengan modus mengantar adik sepupunya yang saat itu temannya Farsha. Justru
sikap diam Bayu itu membuat Sha kikuk. Hingga beberapa hari setelah pertemuan
itu, ketika Sha pulang sekolah dan berpapasan dengan Bayu secara tak sengaja.
“Dek Farsha mau pulang
saya antar ya?” tawar Bayu pada Sha
“Tidak merepotkan?”,
“Tidak” jawab Bayu
Lugas.
“Tadi sudah makan
belum” Bayu mulai membuka percakapan. “Belum” jawab Sha singkat. ”Mau makan
dulu? Soalnya aku sebagai tukang ojek kamu lapar hehe”.
“hehehe....” keduanya
tertawa mencoba mencairkan keadaan.
“Mau makan apa Sha”
tanya Bayu. “Makan apa aja mau asal kenyang kak hehe”. Mendengar jawaban Sha
yang ngawur Bayu tersenyum. “Batu mau dek?”.
“Mau tapi direbus dulu
“ ujar Farsha.
“haha makin ngawur aja
kamu”. Dari pembicaraan yang keluar dari kata perkata membuat keduanya semakin
akrab. Bayu adalah lelaki yang to the point ia tak ingin kehilangan momen
walaupun entah resiko apa yang akan didapatnya terutama penilaian orang
tentangnya.
“Sha boleh aku bicara
sesuatu hal”.
“Iya apa kak
kelihatannya serius”. “Memang!” jawab Bayu mantap.
Jemari Farsha terasa
semakin dingin. Ia sudah bisa menebak apa yang ingin dikatakan Bayu padanya. Ia
merasa hal itu semakin cepat namun ia tak bisa memungkiri ia jatuh cinta pada
Bayu, pada kepribadiannya yang cool dan ramah. “God what it this love at first
sight” guman Sha dalam hati.
“Mungkin pertemuan ini
dibilang sangat singkat, dan dari kesingkatan itu aaku menemukan 1 titik lain
dimana tak kutemukan pada wanita manapun.”
Deg, jantung Farsha
terasa berdetak lebih kencang.
“Titik
itu bernama love at first sight. Aku mengerti ini terlalu cepat, tapi aku mohon
kamu bisa mendengarkan aku. Dalam satu titik ini yang aku temukan itu aku
merasa nyaman bersama kamu. Aku juga tahu kamu pasti ndak mau tahu dulu aku
menjalani hubungan yang lalu, aku melalui proses yang panjang baru aku menemukan
kenyaman namun bersama kamu aku menemukan titik yang benama love at first sight
ini.”
Tiba-tiba
Bayu menggenggam tangan Farsha”Aku ingin mengenal kamu lebih dekat aku ingin
mendampingi kamu”.
Farsha
melepaskan genggaman tangan itu, “Aku ndak bisa jawab sekarang kak”. Dengan
senyum manis Bayu menjawab pernyataan gadis berlesung pipit itu”Dek ndak perlu
dijawab sekarang kok”.
“Kelihatannya
sudah sore, kamu sudah kenyang belum dek?” tanya Bayu antusias.
“Haha
belum kak dibungkus aja ya “
“Apa?”
tanya Bayu kaget. “Becanda kak, ayuk pulang”
Ketika
pulang dan sampai dirumah perasaaan Farsha semakin tak menentu, dan campur aduk
antara bahagia, ragu, bimbang. Bayu sangat baik tak ada sisi yang membuat ia
mengatakan tidak, hingga akhirnya hubungan itu berjalan. Sha melewati hari-hari
bersama Bayu. Sha merasa Bayu berbeda dengan laki-laki lain pacar
teman-temannya. Selama pacaran Bayu dan Sha tak ada pertengkaran diantara
mereka. Hal itu membuat Sha senang sekaligus bimbang. Tuluskah Bayu
mencintainya?Bayu memang pernah cemburu namun ia tak pernah memperbesar
kecemburuannya dengan marah tak jelas layaknya laki-laki lain yang marah kepada
pasangannya karena cemburu. Hal itu benar-benar membuat Sha bimbang hingga
akhirnya badai itu benar-benar datang. Kehadiran orang ketiga, Sha berusaha
menepis dan bertahan pada Bayu namun ia tak bisa mendustai hati bahwa ia juga
mencintai Farhan ketua PMR teman seorganisasi Sha rupanya menaruh hati pada
Sha. Sha mengacuhkan hal itu dan tetap bertahan pada Bayu. Namun kesabaran Bayu
justru menjadi bumerang dengan menjelmanya keraguan Sha terhadap kasih sayang
Bayu padanya. Akhirnya Sha mengakhiri hubungannya dengan Bayu. Dengan sabar
Bayu menerima keputusan itu, ia tak ingin memaksakan kehendak orang yang
disayanginya. Dengan Farhan Sha merasakan semuanya Fluktuatifnya suatu kisah
cinta. Sha merasa keputusan yang ia ambil benar dengan Farhan ia mengikat hati
bukan Bayu, Bayu memang sangat baik dan sabar tapi ia ragu, daripada ia
mempermainkan dua hati ia memilih tambatan yang dijadikan dermaga cintanya.
Namun, kenyataan pahit harus ditelan mentah-mentah oleh gadis manis berlesung
pipit itu. Pada tahun kedua hubungannya dengan Farhan badai itu datang lagi
tapi bukan pada Sha melainkan Farhan menggantungkan hubungannya. Farhan yang
overprotectif, yang sangat menyayangi Sha berubah acuh dan tak ada kabar bahkan
pada saat ulang tahun Sha jangankan datang, atau mengucapkan selamat ulang
tahun kabarpun tiada. Pernah Sha menghubungi dan menyakan hubungannya tapi
jawabannya ketus, bahkan pernah Iren
mendatangi rumah Farhan, jawabannya cukup menyakitkan saat itu.
“Atas
dasar apa aku harus memberikan kabar padanya Ren” jawab Farhan. Plakk tamparan
Iren tak bisa terelakkan lagi. “ Kamu keterlaluan Han”.
Miris
sungguh perih hal itu harus menimpanya. “Sha ada telepon” teriak Rani teman
samping kamar kostnya. Hal itu menyadarkan Sha dari klise-klise masa lalunya.
“Halo
iya dengan Farsha Dewantari”
“Kirimanku
sudah sampai belum ?”.
“Hay...
kak bay apa kabar sudah kenapa ndak lewat ponselku saja”. Tanya Sha
bertubi-tubi.
“Aku
ingin memberikanmu kejutan dek ... o ya ada 1 lagi kejutan buatmu dek”. Deg
apalagi hati Sha semakin Dag dig dug tak menentu.
“Apa
kak?”, “Aku sekarang ada di Malang, mau bertemu?”.
“Ha...yang
benar mau dimana?” untung Iren pergi bisa
jadi bulan-bulannannya kalau lihat wajah Sha saat ini seperti kepiting rebus.
“Di
coffe Resto jam 5 ini bagaimana?”tanya suara diseberang yang membuat hatinya
berguncang.
“Ok
bos siap”. “Ya udah aku tunggu dek”.
Semua seperti mimpi ia ingin
mengulang kembali cintanya dengan Bayu tapi apa mungkin Sha sudah mengukir
perih di hati Bayu?. Entahlah saat ini ia mungkin jatuh cinta pada Bayu tapi ia
tak ingin terburu-buru masih hangat luka yang digoreskan Farhan di hatinya,
apalagi Sha pernah menyakiti Bayu. Walaupun selama ini Farhan menggantungkan
hubungannya hal itu membuatnya dekat kembali dengan mantan pacar pertamanya
itu. Sha sebisa mungkin menetralkan perasaannya kepada Bayu agar cinta itu tak
tumbuh namun cinta itu dipilih bukan memilih maka lambat laun Sha mencintai
Bayu namun ia menyembunyikan perasaannya. Ia lebih menganggap Bayu sebagai
kakak agar tak ada salah paham. Sha tak ingin tahu apakah Bayu disana sudah
memiliki tambatan hati atau belum, ia tak ingin kecewa seperti Farhan
mengecewakannya. Namun ternyata takdir berkata lain Bayu masih menyimpan cinta
lama itu secara utuh, cinta yang tak bertepuk sebelah tangan.
“Mau
kemana neng?” tanya Iren tiba-tiba. Seperti biasa sahabatnya itu suka berbuat
usil padanya. “Ketemu kak Bayu” jawab Sha singkat.”Apa ia ada disini?” semakin
heran saja mendengar jawaban sahabatnya itu. “Sudah ya aku berangkat dulu”
Ketika
sampai diResto Coffee jantung Sha berdetak makin kencang. Betapa tidak dua
orang dalam satu tempat. Farhan dan Bayu ada disitu. Kalau Bayu sudah jelas
menantinya dan Sha yakin itu tapi disitu ada Farhan orang yang dicintai dan
telah melukainya amat dalam. Bimbang antara masuk atau tidak.
Aku mencari sampai bertemu apa yang aku cari
Aku ingin
mencintaimu secara sederhana
Bukan
rumitnya cinta segitiga
Kemana arah
labuhan hati mendaratkan jangkar cinta ini
Ke dermaga
yang tepat?? Kebimbangan di batas angan
WRITTEN
BY:lestari S.H
0 komentar:
Posting Komentar